Saturday 22 October 2016

HARI SANTRI NASIONAL : my journey




Hari Santri Nasional sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui keppres no 22 tahun 2015. “Penetapan Harsantnas tersebut merupakan wujud sebuah pengakuan Negara terhadap 22 Oktober sebagai hari bersejarah terkait fatwa bela Tanah Air” kata Seken PBNU H Helmy Faisal Zaini.  Merujuk pada peristiwa bersejarah  yang membawa bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dari para penjajah pada tanggal 22 Oktober 1945, Oleh KH. Hasyim Asy’ari menyeruhkan “Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardhu’ain atau wajib bagi setiap individu”  atau sejarah Bung Tomo membakar semangat pemuda dengan kalimat “Allahu Akbar! Merdeka” .
Peringatan hari santri bukan berarti tanggal merah dan libur bagi santri sebagaimana beberapa hari peringatan lainnya. Karena bagi santri tanggal merah dan hitam sama saja, tetap di pondok dengan tumpukan cucian, hafalan Qur’an, Hadits, Nahwu saraf, dan kitab-kitab lainnya. lalu apa yang special di Momentum ini? Sebagai santri yang masih aktif silahkan berbuat sesuatu  sebagai eksistensi kita di tanah air, Secara pribadi (alumni pesantren) saya mencoba mengingat dan meluapkan dalam tulisan ini, suka duka saya dalam Pesantren Mangkoso ( PONPES DDI MANGKOSO, KAB. BARRU, SULSEL).
Pimpinan ponpes DDI Mangoso

Tahun 2001, Orang tuaku mengirimku ke Pondok Pesantren Mangkoso setelah sebelumnya Kakakku lebih dulu dikirim. Sebuah keputusan yang berat pastinya karena di pondok pesantren ini harus melalui Madrasah Iddadiyah satu tahun (sebagai awal perkenalan santriterhadap kitab kuning). Saya tinggal di Asrama Blok B (Mess Darul Khuffadz) yang dari namanya tentu kita tahu bahwa fokus asrama ini adalah Hafalan. Targetnya 1 surat dalam jus 30 (Jus Amma) perhari atau Satu bab barzanji perhari, kalau tidak jawabannya adalah rotan.kabel hitam di telapak kaki (katanya agar darah ke otak lancar, hehehe). Setahun kulalui di Mess Darrul Khuffadz yang dibina oleh Ust. H. Said (Hafidz 30 jus) dan Ka’ Sofyan. Berkat bimbingan beliau saya mendapatkan sertifikat ini
sertifikat hapalan mess darul Khuffadz

Setelah tamat di I’dadiyah, Saya melanjutkan Ke Madrasah Tsanawiyah Kampus II Tonronge (Putra). Kehidupan Mondok benar-benar aku alami disini, Pagi sampai siang belajar formal seperti biasa, antara duhur dan ashar dipergunakan untuk makan dan istirahat, ba’da ashar pengajian, setelah pukul 05.00 main bola di lapangan miring dan mandi. Shalat magrib dilanjut pengajian hingga Isya, Istirahat, Pukul 09.00 dilanjutkan belajar di Aula Asrama hingga waktu yang tak ditentukan (kalau deadline hafalan, yah harus begadang).
Begitu banyak Moment yang pastinya takkan terlupakan sebagai anak santri, yang tak mungkin bisa aku luapkan dalam tulisan ini, cukuplah kami (Anak santri) menjadikannya pengalaman yang indah dan tak bisa terlupakan, Berikut 10 yang sempat aku ingat
1.      Kiriman lambat, sudah biasa
Beda bolu beda cakalang, kalo cakalang, eh maksudnya sekarang komunikasi sudah lancar, tinggal telepon, habis ini dan itu. Dulu anak santri harus mengirim surat ke orang tua yang panjangnya bisa sampai dua tiga lembar, segala unek-unek kami luapkan walaupun ujung-ujungnya minta kiriman, hehehhe. Tapi tentunya anak santri tahu ada kepuasan tersendiri ketika menerima surat balasan orang tua yangterbungkus dos indomie isinya tidak jauh dari
-          Selembar surat
-          Sebungkus goreng-gorengan ubi, mairo
-          Abon kelapa tahan lama
-          Kue kalau ada
-          Alat mandi
-          Pesanan special
Dan anda pasti ingat potongan kalimat ini :
      Teruntuk
      Ananda
      Di
      Ponpes DDI Mangkoso
(Kampus II Tonronge, Asrama Al-Muhajirin)
Assalamu alaimum. Wr, Wb.
Sebelumnya saya ingin beritahu ke ananda bahma amma dan bapak dalam keadaan sehat-sehat wal-afiat, semoga juga ananda demikian masih dalam lindungan Allah SWT. Mama minta maaf karena lambat mengirim kabar karena mobil di kampong tidak lancer,………………….
Bersama surat ini mama kirimkan sedikit makanan dan uang, jangan boros nak, karena panen tahun ini sedikit. Belajar yang rajin nak, jangan lupa shalat dan doakan mama, semoga ada waktu mama akan jengukki, jaga kesehatannya………….
Salam sama Ustads……
                                                                        Dari Ibunda

                                                                        ……………..
2.      Hafalan
Ustadz Abd Rahman, Guru Al-Qur’an ku, dengan target hafalan satu lembar perhari ditambah hafalan-hafalan dari ustadz lainnya, berbagai trik dilakukan anak santri, ada yang menulisnya pada secarik kertas, mengulang bacaannya hingga 40 kali, hingga merendam kaki di baskom.
Ada yang hafalannya cepat, ada yang lambat, bahkan ada yang KO, hehehehe
3.      Shalat subuh
Beberapa teman menganggapnya musuh besar, bangun subuh, berwudhu dengan air es( dingin ala gunung), berjalan seperti zombie (setengah sadar) ke masjid. Mengikuti pengajian hingga pukul 06.00. masih ingat jikalau Almarhum Ustadz Alwi (Alfatihah) yang Imam dengan surat Arrahman Andalannya. Atau Ustadz Muhsin denga rotannya membangunkan kami, Air wudhu di jergen sudah ada yang pakai. Namun semua itu suka duka sebagai anak pondok

4.      Pelajaran yang paling disukai dan yang tidak
Semua siswa bahkan di sekolah umum  pun pasti punya pelajaran andalan dan musuh
Secara pribadi saya suka kaligrafi dan saya KO di tilawah, kalian dimana?
5.      Mandi di Cincinge
Mandi dicincinge memiliki ruang tersendiri dalam memoriku, jalan dipematang sawah, antri mandi di Bujung Pitue, nyemplung di Bendungan Cincinge, cucian dalam ember, aghh, rasanya mau bernostalgia lagi disana.
Belum lagi kejar-kejaran dengan  Ustadz atau pak satpam (Pak Arif).
6.      Hukuman Pembina
Bukan anak santri kalo tidak pernah kena hukuman, entah berat atau ringan pasti dapat, dan tentunya semua demi kebaikan kita, pembentukan karakter, dan kedisiplinan. Secara pribadi saya akan jujur ceritakan dan itu sangat ngefek ke saya.
a.       Mencuri mangga
Pernah suatu hari saya memanjat mangga dibelakang asrama (milik warga) bersama teman saya Imran, kami mengiranya itu tidak apa-apa karena buah mangga tersebut hanya jatuh dan tidak ada punyanya perhatikan, sebenarnya beberapa teman juga pernah, tapi kali ini Aku dan Imran dapat apesnya, Pembina (Ustadz Muhsin) mendapatkan kami sementara asyik di atas pohon mangga, saya dihukum dengan membawa manga yang telah kami petik (3 buah, satunya sudah bolong habis digigit) ke rumah pemiliknya, lalu meminta halalnya. Saya pun melakukannya, sejak saat itu saya tidak pernah lagi mengambil milik orang lain tanpa izin dari sang pemilik
b.      Hukuman keluar kampus tanpa izin
Keseruan acara 17an menggoda kami untuk meninggalkan pondok, sebenarnya tidak apa-apa asalkan ada izin dari Pembina dan tetap di kampus menghadiri pengajian kitab kuning magrib. Namun saya dan beberapa teman tinggal sampai malam menonton acara lawak dan nyanyi solo. Apa boleh buat ustadz muhlis mendapatkan kami lagi Ayik di tengah lapangan sedang menonton, besoknya langsung hukuman tidak mengikuti pelajaran plus di epe (jongkok dengan  potongan bamboo diselip di antara betis dan paha). Sampai masuk waktu shalat dhuhur.
Pasti masih banyak lagi jenis hukuman yang teman-teman tahu, tapi setidaknya dua itu yang pernah saya alami.
7.      Teman Dunia Akhirat alias teman jail
Teman Jail banyak jenisnya di pesantren, yang tukang pinjam barang, yang coret muka pakai spidol waktu tidur, yang bawa lari sandal padahal kitanya juga mau keluar, yang pakai air tanpa ijin, yang  pindahkan teman ketika tidur. Semuanya demi keseruan agar hilanglah rasa rindu ini di orang tua. Terima kasih kawan telah mewarnai hidup ini.

Akhir kata saya, terima kasih kepada semua ustadz di Pesantren Mangkoso, baik yang pernah saya terima langsung ilmunya ataupun tidak, Insya Allah Ilmu ini akan selalu aku jaga dan  amalkan sebagai amal jariyah yang tak pernah terputus untuk kita kelak. Kepada teman-teman sekelas, satu pondok dan satu kamar, terima kasih atas warna yang pernah kalian berikan, suka duka kita, candaan, belajar bareng, shalat bareng, menghafal bareng, main bola dilapangan miring semuat tak bisa terlupakan. Maafkan atas segala salah dan kekuranganku yang tidak bisa selesai hingga Madrasah Aliyah. Tapi Alhamdulillah, telah kuduplikasikan ilmu itu ke beberapa sepupu, kemanakan dan adek saya. Sekarang adikku (Hasnawati) sementara mondok di kampus 1 Mangkoso, beberapa anak tetangga saya rekomendasikan lanjut di tonronge, dan bululampang. Semoga citra sebagai santri mangkoso masih tetap terjaga. Saya berjanji akan tetap menjaga marwah santri itu.


Selamat hari santri nasional, Salam Thonronk 08
maaf bila ada kesalahan kata




No comments:

Post a Comment

Komentar Anda ?