Monday 27 April 2015

MARNIKS REFLEKSI SISWAKU (siswa pertama yang aku kenal)



Setelah istirahat 2 hari, sejak kedatangan ku hari sabtu, 19 oktober 2013. Senin 21 oktober adalah hari pertamaku masuk mengajar ke kelas. Pagi-pagi aku sudah mempersiapkan segalanya, menimbah air, mandi, masak, sarapan. Pagi ini aku memilih kostum hitam putih ditambah almamater kebanggaanku (jaket sm3t hitam). Kulangkahkan kaki menuju ke halaman sekolah, sepi sangat, hanya beberapa siswa dengan seragam lusuh menyapu ruang kantor dan halamannya. Saya tidak tahu berbuat apa-apa. Gedung sekolah permanen, kursi dan meja lebih banyak dari siswanya. Guru, iyaahhh,,, siapa guru yang mengajar selama ini gumamku. Sedikit aku beranikan diri bertanya kepada siswa yg sedang menyapu daun bunga kertas yang berguguran d halaman kantor sekolah. “Adek, Guru lain mana?” tanyaku tanpa menyapanya lebih awal, “eeeeemmmm belum datang pak Guru,Pak kepsek masih dirumahnya” jawabnya setelah berhenti menyapu dan menyilangkan tanganx didepan.
Setelah menunggu beberapa menit, pak kepsek datang dengan rotan sebesar jempol kaki. “apel….  Apel…….” Teriaknya sambil mengayung-ayungkan senjata rotannya. Serentak anak-anak berbaris, “siap eigggg, lanjang depan eigggg… tegap eigggg…..” bag tentara semangatnya. Pak kepsek menyeruhkan posisi istirahat, point demi point disampaikan dan aku bisa menarik kesimpulan bahwa hari ini adalah pertama efektif sekolah.
Lalu ada apa dengan marniks?...
Marniks, salah satu siswa kelas 3/XII  yang akan tamat tahun ini. Cambangnya yang brewok, jarang senyum. Hari itu aku menerapkan model CBSA (Catat buku sampai habis), aku mendikte di depan siswa sementara siswa menulis apa yang aku bacakan, beberapa diantara mereka menggunakan buku baru. Marniks dengan buku lusuhnya dan pulpen yang menari-nari diatasnya rupanya bersandiwara. Dia berpura-pura menulis, sangat serius bahkan sesekali mengulang apa yang kudiktekan. “bagian bagian peta adalahhhh…..”, seakan-akan dia lambat menulis. aku menghampirinya, bukunya masih kosong, tak satupun kalimat bahkan kata yang ada disana. “kamu, kenapa tidak menulis ?”   marniks hanya diam. “namamu siapa?” marniks masih diam. Saya memperhatikannya, takut juga rasanya dengan siswa ini, badan besar, cambang brewok, diajak bicara hanya diam, mata menyala dan badannya lebih besar. Jujur saja aku takut, dan sudah pasti seandainya dia menghantam saya, kiri berarti rumah sakit kana berarti kuburan.
Aku pura-pura lupa dengan kejadian tadi, kulanjutkan mendikte siswa ku. Tanpa melirik marniks (apalagi menatap matanya).baris demi baris aku bacakan, sambil berjalan ke setiap sudut kelas, 1hal yang saya sadari, bukan Cuma marniks yang tidak menulis, Sedikit aku curiga, “ada apa ini?....” . Di sesi terakhir aku membagikan kertas hvs ke siswa ku, mencoba mencari informasi sedikit lebih dalam dari mereka, aku menyuruhnya menuliskan biodata nama, tanggal lahir, cita-cita, dan sebagainya. lagi-lagi hanya beberapa siswa yang mengerjakannya. Entah karena apa, hanya guru-guru sm3t lah yang mampu menjawabnya.
Di sore hari aku sementara menikmati perbincanganku dengan teman guru, Pak Jono (bukan orang jawa) nama lengkapnya sujono pither. Guru bahasa Indonesia, keturunan toraja yang juga mengadu nasib di tanah papua. Tiba-tiba marniks datang dengan noken yang ia gantung dikepalanya, baju lusuh, tanpa sandal, dan keringat yang membasahi bajunya, Meletakkan nokennya di depan pintu. ”Slamat Sore Pak Guru …” sapanya,” sore marniks…. “ begitu sapa Pak Jono sambil beranjak dari tempat duduk sambil memperhatikan isi noken marniks, akupun senyum ngangguk ke marniks (masih teringat kejadian pagi tadi di ruang kelasnya). Marniks, dengan sedikit gugup, nada suara sangat rendah, mulai membuka pembicaraan, “ini Pak Guru, saya ada bawa sayur ini, Buah, dan ikan asar untuk pak guru dorang, ini saya mo minta maaf ke pak guru kahar, karena tadi pagi saya tidak mencatat, Pak Guru Maafkan kah….!” Kemudian marniks sedikit mengangkat kepalanya “Pak Guru, Besok-besok saya mo belajar catat buku” . aku hanya tersenyum dan mengajak marniks masuk rumah, tapi marniks menolak dengan alasan badannya masih belum bersih dari kebun. “Kalo begitu nanti malam ko datang kesini” sambil memegang tangannya. Dia pun pamit untuk pulang mandi
Sejak saat itu, marniks selalu datang lebih awal, singgah di rumah dinasku meminta kunci kantor, bendera, terkadang ia meminta air minum segelas sekedar membasahi tenggorokannya. Kadang diacara kampung, saya selalu dengan marniks. MARNIKS ADALAH REFLEKSI SISWA-SISWAKU