Oleh:
Mahmud
Sederet proses pemantasan diri melalui pengalaman
pengabdian di ujung Negeri dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) telah dilalui
secara runtut dan seksama sebelum akhirnya terpilih menjadi bagian dari pencetak
Generasi
Emas Bangsa lewat gerbang yang begitu sakral “ Guru Garis Depan”.
Menjadi Guru Garis Depan adalah sebuah pilihan hidup, pilihan agar tetap
mempunyai ruang pengabdian, ruang untuk berbagi, ruang untuk peduli dan ruang
untuk menjaga semangat pendidikan tetap berkobar di Negara kita tercinta. Sebab
hakikat hidup ialah untuk berbagi, bukan berbagi untuk hidup. Dan, sebaik-baik
manusia ialah yang bermanfaat bagi sesama manusia (Khairunnas Anfauhum Linnas. Hadits)
Dengan
semangat pengabdian yang telah ditempah oleh ragam tantangan, atas dasar
pertimbangan keberlangsungan pendidikan yang berkemajuan dan berakhlak mulia,
oleh calon Guru Garis Depan disusunlah kerangka acuan pelaksanaan program
sebelum akhirnya telah benar-benar menjadi pengabdi yang sesungguhnya.
Program-program tersebut disusun sebagai bagian dari upaya untuk membumikan
pendidikan yang berkemajuan, pendidikan yang menginspirasi dan pendidikan yang
melahirkan generasi yang berakhlak mulia dan berwawasan global. Bukankah
kejayaan Bangsa kita di masa mendatang sebagian besar ditentukan oleh karakter
Generasi Muda saat ini….?
Mendidik
di daerah 3T, jauh dari keluarga dan sendi-sendi kemewahan ialah tantangan
utama ketika menjadi Guru Garis Depan, sehingga semangat kebersamaan dan marwah
pengabdian harus tetap terjaga lewat penguatan internal peserta GGD.
(Program Penguatan Internal GGD) |
Peserta
didik merupakan objek utama dalam upaya penyiapan generasi emas Indonesia oleh
peserta GGD, sehingga semangat mereka untuk menuntut ilmu dan berakhlak mulia
harus tetap lestari.
(Program Pengembangan Peserta Didik "Mengedukasi Anak Negeri") |
Upaya peningkatan
mutu pendidikan oleh peserta GGD nantinya tidak akan lepas dari dukungan yang
berkesinambungan dari masyarakat setempat. Peserta GGD secara tidak langsung harus
mampu menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat, beradaptasi dengan budaya
setempat dan berupaya menjadi poros peningkatan tarap hidup mereka.
(Program Pengembangan Masyarakat) |
Guru Garis Depan memaknai PENGABDIAN tidak hanya
sekadar mendidik anak negeri, akan tetapi semangat untuk berbagi dan peduli pada kemajuan
pendidikan di daerah 3T melalui uluran tali kasih adalah bagian dari makna
pengabdian yang sesungguhnya.
(Program GGD Peduli) |
Semoga kumpulan gagasan-gagasan kecil kami ini dapat
menjadi pembuka inspirasi , penggerak jiwa, dan penjaga marwah pengabdian
kita menuju terciptanya Generasi Emas
Indonesia. Mari tetap semangat, saling
menguatkan dan befikir positif sembari tak berhenti meluangkan waktu untuk
tetap memikirkan kelangsungan Pendidikan Indonesia yang berkemajuan dan
berakhlak mulia.
Akhir kata, saya ingin mengutip hadits pertama dalam kitab "Hadits Arbain" (Kumpulan 40 hadits sahih) sebagai berikut:
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya:
Dari Umar rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh SAW bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, ϑαπ empat imam Ahli Hadits)
Penyunting Akhir:
- Kaharman
- Rapiuddin
Jangan lupa komentar, like dan subscribe dengan meng-klik ikon media sosial di bawah ini...........
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda ?