Mungkin beberapa teman grup kita memilih left dari grup dengan berbagai alasan.
1. Grup tidak sehat
2. Percakapan itu-itu saja.
3. Pembahasan Pornografi dan riya'
4. Yang komentar itu-itu saja, ketika ada yang lain komentar diabaikan.
5. Silakan tambahkn sendiri.....
Grup Alumni seharusnya memberi manfaat, informasi positif tanpa Hoax, didalamnya tak ada dominan dan tak ada jadi pinggir jalangkote. hanya berisi informasi yang memang dibutuhkan. Terkecuali nostalgia. Bolehlah diungkit asal jangan terkait aib atau yang berpotensi mencederai image teman alumni.
Saya memiliki grup yang sehat. Didalamnya berbagai profesi.
Yang kerja di BMKG selalu menginformasikan cuaca terkini, yang dosen menginformasikan tentang peluang beasiswa dan terkait dunia kampus lainnya, ada wartawan di dalamnya selalu memberikan link berita hangat. Ada ajang pengumpulan donasi. Hingga yasinan live webinar bersama untuk Almarhum salah satu anggota Grup.
Tapi di grup lain. Ada semacam superior di dalam grup. Hanya mereka-mereka saja yang baku balas. Tanpa menyapa anggota grup lain, Membuli tanpa berfikir. Menggibah masa lalu buruk, tanpa berfikir bahwa yang dia hibah sudah memiliki keluarga, istri misalnya. Menyinggung status sosial padahal di dalam grup beberapa rekan sedang mengalami status sosial tersebut. Hingga memamer gaji bulan terakhir yang berujung riya'. Akhirnya satu persatu anggotanya left tanpa alasan. Sebagian yang menjaga perasaan memilih silent grup hingga 1 tahun.
Bijak berkomentar di dalam grup adalah solusinya. Menyambung silaturahim, menggali potensi usaha yang bisa dikerja bersama, atau mungkin hal positif lainnya.
Atau setidaknya mengaplikasikan sebuah hadist :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
No comments:
Post a Comment
Komentar Anda ?